🐰 Permainan Tradisional Ngadu Muncang

660Views Ngadu muncang atau kemiri merupakan permainan tradisional yang biasa dilakukan masyarakat Sunda. Namun, permainan yang biasa dilakukan di waktu senggang ini sudah bergeser orientasi. Bukan lagi wahana hiburan, tapi menjadi ajang judi. Sebagian orang menjadikan ngadu muncang ini untuk mengumpulkan rupiah dengan cara instan. Padahal, di awal kemunculannya, ngadu muncang ini bukan untuk 14 Ngadu Muncang. Ngadu Muncang is one of the traditional Indonesian games that became more rarely played these days. This game is usually played by kids who live in rural area. M. uncang is the nut of rubber plant. Since rubber plants only bear fruit in certain season, this game is also seasonal as well. This game can be played by two players Ngadumuncang adu kekuatan muncang permainan tradisonal sunda Jenis muncang Nyonyo VS Jenis muncang Anak Pedang MuncangJalim ijo bagus batoknya kuat - muncang kemiri - YouTube. Ngadu Muncang, Permainan Lintas Zaman. Muncang si belut - muncang kemiri - YouTube. Jual Muncang Terdekat - Harga Murah & Grosir January 2022. Jual Batu Bahan di Jakarta Utara - Harga Terbaru 2021. Muncang cariu sangat rekomendasi buat kalian pecintan adu muncang - muncang kemiri Ya ngadu muncang adalah permainan tradisional di daerah Sunda dan mungkin juga di daerah lainnya yang saling adu kuat muncang milik para pemainnya. Dalam prakteknya, ngadu muncang ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang milik dua pemain secara vertikal lalu diatasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua orang anak PermainanTradisional Ngadu Muncang di Indonesia. ukurbumi.blogspot.co.id. Ngadu muncang adalah permainan tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa barat. Umumnya permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki, dahulu permainan ini menjadi permainan yang yang favorit dan apabila kamu menang dalam permainan ini kamu pasti akan merasa senang. Sebuahpermainan tradisional adu ketangkasan antara dua atau empat orang anak perempuan, berumur 7 - 12 tahun biasanya disebut dengan Beklen atau Bekelan. Mereka dapat bermain di ruang tertutup maupun terbuka. Permainan bola beklen atau bekel atau bekles berasal dari Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam permainan tradisional ini yaitu : TugasMata Kuliah Portofolio DKVFerdi Firman Sidik 75170012DKV Smester 7ARS University Bandung ev1v. Permainan Anak-anak Arus globalisasi memang sedang hebat-hebatnya menggerus kebudayaan Indonesia, termasuk budaya permainan tradisional anak bangsa. Tapi siapa sangka di balik cepatnya arus globalisasi tersebut, permainan tradisional masih mendapatkan ruhnya di hati anak-anak desa. Seperti yang terjadi di desa Cisompet, daerah selatan Garut, anak-anak sedang ramai-ramainya menikmati permainan Ngadu Muncang yang saat ini sedang menjadi musimnya di kalangan anak-anak desa. Anak-anak desa Cisompet memang perlu dijadikan contoh dalam mencintai permainan tradisional. Meskipun permainan modern dengan teknologi yang semakin canggih menyebar di seluruh dunia –termasuk Indonesia, tapi anak-anak desa masih menaruh perhatiannya pada permainan tradisional Ngadu Muncang. Sekilas memang permainan Ngadu Muncang ini kalah canggih dibandingkan dengan permainan modern sekelas Tendo, Game Online, Play Station, dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita cermati lebih mendalam, permainan tradisional ini memiliki manfaat yang lebih berguna dibandingkan permainan modern, seperti ketelitian, kerjasama, kekuatan, dan kekreatifan. Empat manfaat tersebut bisa kita ketahui dari cara memainkan permainan Ngadu Muncang tersebut. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang Indonesia Kemiri andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul. Namun demikian, terkadang permainan tradisional Ngadu Muncang ini disalahgunakan oleh sebagian pihak. Permainan Ngadu Muncang yang pada awalnya memiliki nilai manfaat bagi anak-anak disalahgunakan oleh sebagian pihak yang ingin meraih keuntungan dengan menjadikannya taruhan, atau bahkan judi. Taruhan Ngadu Muncang pada umumnya disalahgunakan oleh para orang tua dan pemuda iseng. Mereka menggunakan media Ngadu Muncang supaya permainan bertambah mengasyikan. Akibatnya, penyalahgunaan permaianan tradisional ini menjadi salah satu target polisi dengan dugaan perjudian. Penyalagunaan permainan tradisional ini memang bukan kesalahan anak-anak desa atau pihak yang menghadirkan permainan Ngadu Muncang ke tengah dunia anak-anak. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawablah yang harus disalahkan dengan penyalagunaan permainan tradisional ini. Kehadiran mereka di tengah masyarakat akan merusak citra permainan tradisional yang saat ini sedang giat bersaing dengan permainan modern. – Berikut adalah ulasan tentang Mengenal Permainan Tradisional Adu Muncang yang Dipakai untuk Tes Kesaktian saat Zaman Kerajaan. Tidak habis pikir orang-orang pada zaman dahulu sungguh sangat kreatif dalam menciptakan sebuah permainan yang mengasyikan di dalam keterbatasan mereka pada saat itu tidak membuat merak berhenti inovatif. salah satu permainan Tradisional yang mungkin sampai sekarang masih ada beberapa orang yang memainkannya adalah adu muncang atau adu biji kemiri. selain sangat menarik permainan ini juga dipakai oleh orang orang dewasa dalam rangka pertaruhan, dan memang untuk ini jangan ditiru namun itu semua sudah menjadi sebuah kebudayaan! Adu Muncang Muncang atau biji kemiri Candlenut tidak hanya digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan. Di masyarakat Sunda, biji yang memiliki tingkat kekerasan yang berbeda ini dijadikan bahan aduan yang terkenal dengan sebutan adu muncang. Dalam prakteknya, ngadu muncang ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang milik dua pemain secara vertikal, lalu di atasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua orang anak sehingga posisi muncang terjepit. Muncang yang disusun untuk diadu diposisikan agar bagian yang terkuat tampak berurat dan saling berhadapan. Nantinya setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah, bambu penjepitnya dipukul oleh benda keras, muncang yang pecah berarti dia kalah. Seiring berjalannya waktu, peralatan mengadu muncang mengalami perkembangan. Kini mereka tak perlu lagi mencari dua bilah bambu dan orang yang memegang kedua sisinya ketika muncang dijepit. Kini mereka telah membuat tempat untuk menjepit muncang, sehingga tidak perlu lagi ada anak lain yang memegangnya, hanya butuh seseorang untuk memukul bambu penjepit muncangnya saja. Ritual Merendam Muncang dalam Cuka Hal yang menarik, dalam adu muncang anak anak biasanya memiliki ritual tersendiri. Salah satu ritual yang paling umum adalah para pemiliknya akan merendam kemiri yang akan diadu ke dalam rendaman air cuka selama beberapa jam bahkan seharian. Para pemiliknya percaya, hal ini dapat memperkuat kulit luar dari muncang aduan. Beberapa pemain bahkan berbuat ekstra dengan membersihkan dan menggosok permukaan kulit muncang dengan minyak hanya untuk mempercantik tampilan. Adu muncang memang permainan tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Namun kini, sayangnya permainan ini sering disalahgunakan oleh oknum yang menjadikannya menjadi arena judi. Padahal permainan ini dimaksudkan untuk mengasah kebersamaan dan kerja keras anak. Hal ini karena pada zaman dahulu, anak-anak yang ingin memperoleh muncang harus berusaha memetiknya sendiri dari pohonnya yang tinggi. Setelah itu mereka juga harus mengeluarkan buahnya, membersihkannya, sampai memolesnya hingga muncangnya terlihat bagus dan mengkilap. Jadi untuk memiliki muncang yang bagus, anak-anak perlu bekerja keras. Bahkan dalam catatan sejarah, adu muncang merupakan cara kerajaan-kerajaan di Jawa untuk mengadu kesaktian. Dan daerah Sunda, menjadi wilayah yang dianggap memiliki jawara-jawara paling unggul untuk adu muncang. Adu kesaktian Ngadu muncang memang salah satu permainan tradisional dari Indonesia, biasanya dimainkan oleh anak laki-laki pada musim kemiri. Namun bila membaca sejarah, adu muncang bukan hanya permainan di kala senggang. Dimuat dari koropak, pada masa Kerajaan Sunda, ngadu muncang dijadikan sebagai alat menunjukan kesaktian. Siapa yang muncang atau kemirinya paling kuat, dipercaya dia punya kesaktian yang tinggi. Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam Jawa, Dr Graff hanya menulis sedikit mengenai permainan adu muncang. Dia hanya mencatat bahwa Sultan Agung, Raja Mataram Islam menggemari permainan adu muncang. “Buah muncang beliau yang terbaik, terkuat, dan tidak terkalahkan,” tulis Graff. Bagi Ihya M Kulon dalam Adu Muncang Pilkada, permainan adu muncang yang dijadikan lomba, bisa dipastikan dimulai oleh Sultan Agung. Hal ini kemudian disebarkan ke seluruh tanah jajahan Kerajaan Mataram Islam kala itu, termasuk wilayah Priangan. Kerajaan Sumedang Larang bahkan tercatat pernah menjadi daerah yang memiliki muncang atau buah kemiri paling kuat di Pulau Jawa. Muncang Sumedang Larang bisa mengalahkan muncang lainnya dalam sebuah acara adu muncang. Dimuat dalam Balebandung, hal ini bisa dibuktikan di Museum Prabu Geusan Ulun yang berupa gamelan kuno dan antik. Bila kita menengok museum, di salah ruangan bernama Ruang Gamelan, ada seperangkat gamelan bergaya Jawa. Di salah satu gamelannya, ada catatan bahwa gamelan tersebut merupakan hadiah dari Kerajaan Mataram Islam. Hal ini atas prestasi Kerajaan Sumedang Larang dalam adu muncang, hadiah itu bernama Gamelan Sari Oneng. “Gamelan ini memang hadiah dari Mataram karena Sumedang menjadi jawara dalam adu muncang,” tutur Ny Lilis, seorang petugas museum. Sayangnya, hingga kini tidak ada bukti fisik berupa muncang terkuat di daerah kekuasaan Mataram. Pasalnya, konon, muncang Sumedang yang memenangkan sayembara adu muncang ini diserahkan kepada Kerajaan Mataram. Tetapi dengan fakta ini, permainan adu muncang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Priangan, termasuk para bangsawan dan keluarganya. Namun sangat disayangkan, kini warisan ini telah dilupakan oleh masyarakat. Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News Permainan ngadu muncang atau juga di sebut ngadu kemiri di kenal pada Awal tahun 80-an adu kemiri ini cuma dijumpai dikalangan anak² tanggung usia. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang Indonesia Kemiri andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul.

permainan tradisional ngadu muncang